July 31, 2009

Negara Dewata Cengkar


Kita hidup di negara para Bapak yang gemar menyantap Anak-Anaknya.
Chaos menjadi komoditas paling laku untuk menyingkirkan, mengganti, atau mempertahankan kedudukan Bapak-Bapak. Adalah lumrah menghilangkan berpuluh bahkan beratus nyawa Anaknya demi legitimasi kekuasaan Bapak.
Hari ini kita saksikan para Bapak berkumpul dengan raut penuh welas asih berbicara tentang Anak-Anaknya yang telah tercabik-cabik
kekerasan di rumahnya sendiri. Hari ini kita saksikan sebuah pentas besar yang sangat mengerikan dan menciutkan nyali.
Apakah teror ini eksis dengan arti sebenarnya? ataukah hanya pengulangan metode Renstra yang telah usang, yang telah nyata digunakan berkali-kali sejak gestapu, malari, petrus, timor timur, aceh, tanjung priok, ambon, poso, banyuwangi, sampit, jakarta, bali, dan seluruh pelosok negeri yang tidak pernah terekspose?
Bapak, haruskah berkuasa berpondasikan mayat-mayat anakmu sendiri?
Kami lebih bangga jika kau berperang dengan negara yang menginjak-injak ambalat daripada meledakkan satu objek yang itu itu saja...
Bapak, janganlah hanya menjadi bocah yang hanya berani menyulut petasan di pelataran rumah (lalu menuduh anak tetangga yang melakukannya)
Bapak, kami sudah lelah harus merasa terancam dan selalu tertipu dengan menganggap engkau adalah juru selamatnya
Bapak, caramu adalah cara purba yang telah lama ditinggalkan olah bangsa-bangsa maju karena cara ini adalah cara yang paling tidak beradab.
Bapak, topeng welas asihmu (yang bergambar jendral tersenyum) adalah topeng usang yang telah sedemikian rapuh untuk menutupi dosamu yang terlalu besar.
Sudahlah Bapak, tinggalkan cara bodoh ini... kami mampu untuk membela tanah kami kalaupun kapal-kapal induk itu merapat jika freeport kau pulangkan dari papua
kami rela mengendarai kapal-kapal kertas, menjadi pilot Kamikaze jika tomcat dan hornet berulah karena newmont kehilangan haknya di nusa tenggara
Belajarlah Bapak...banyak cara untuk menjadi bijak.

No comments:

Post a Comment

Tinggalkan saja disini...