August 15, 2010

Hening yang tercipta


Aku lepaskan pandangan melintasi hamparan pepohonan kopi yang membentang di hadapanku, menyaksikan gugusan gunung berapi nun jauh di sana. Sebuah kenikmatan tersendiri menikmati kopi arabika dari tempatnya dipetik dan diproses dari bulir-bulir buah kopi merah tua hingga menjadi serbuk hitam kecoklatan dan beremulsi sempurna dengan air panas serta mengepulkan asap putih tipis di hadapanku kini.
Aku membiarkan diriku terhanyut dalam kesunyian ini
dan mendapati diriku mengambang dalam kekosongan, menikmati udara dingin yang merasuk perlahan memenuhi seluruh aliran darahku, sebuah sensasi yang sungguh terlalu berharga untuk dilewatkan.
Hangatnya cahaya mentari yang menelusup dari sela daun-daun cemara menyadarkanku dari kondisi meditasi ini, aku masih terduduk di hadapan kaldera purba yang kini penuh dengan cahaya keemasan yang dipantulkan embun-embun diatas daun arabika.
Kini seluruh lembah berdesir halus seakan menyambut datangnya mentari, kicauan burung menjadi sebuah intro manis bagi komposisi mahadahsyat yang sedang tercipta.
Disini, di kaldera Ijen purba, hening mengantarkanku kembali ke dalam diri...

No comments:

Post a Comment

Tinggalkan saja disini...