Hidup di Surga

Sering saya mendengar dan hampir percaya bahwa potensi kelautan negara ini sungguh tak terkira nilainya, ibarat kita hidup di atas tumpukan permata yang siap untuk kita manfaatkan demi kesejahteraan dan keagungan harkat dan martabat bangsa.
Mari kita renungkan sejenak, 18.000 Km adalah jarak yang panjang, dan itu adalah panjang garis pantai kita dimana setiap jengkal dari garis pantai itu menyimpan potensi yang begitu beraneka ragam. Ambil saja contoh Raja Ampat Papua yang menyimpan 75% dari jenis terumbu karang di dunia memiliki hamparan koral seluas 4,6 juta Ha! Atau mari kita melirik ke Mentawa-Sumatera Barat dengan lebih dari 23 lokasi surfing terbaik di dunia, begitu banyak hingga sulit menemukan video surfing tanpa menampilkan keindahan ombak mentawai di dalamnya.



Gambar: Raja Ampat-Papua
Hidup berdekatan dengan laut beberapa tahun terakhir semakin membuat saya lekat dengan nafas kehidupan masyarakat pesisir pantai Indonesia. Mulai dari hingar bingar kehidupan di Kuta-Bali hingga kebersahajaan penduduk Watukarung-Pacitan bahkan kehidupan paleolithic dengan pola kehidupan subsisten yang masih ada di garis pantai Mentawai-Sumatera Barat. Inilah fakta, ini pula ironi yang lestari di pekarangan rumah kita.

Indonesia adalah sebuah surga dalam arti yang sebenarnya, disinilah surga para peselancar, disini pula surga para penyelam, pencari ikan, pengebor minyak lepas pantai, penggali emas, uranium dan berbagai potensi bernilai tinggi lainnya. Namun penikmat utama dari surga itu bukanlah para nelayan, masyarakat pesisir ataupun penduduk pribumi, melainkan manusia-manusia tinggi besar dari negeri seberang yang dengan leluasa mengkapling tanah negeri ini dan mengeruk permatanya setiap hari dengan membabi buta seolah mereka tidak akan pernah kenyang.




Gambar: Lances Right-Sipura,Mentawai
Ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk membebaskan bangsa kita dari penjajahan kapitalisme ini. Menyisihkan sebagian uang untuk menyekolahkan anak-anak pesisir, memberikan pelayanan dan pendidikan kesehatan di kampung nelayan, pendampingan nelayan untuk meningkatkan nilai jual produk kelautan, pengajaran ekowisata bagi penduduk lokal atau sekedar tetap tidak membuang sampah di pantai dan sungai adalah sebuah langkah besar untuk menjaga kedaulatan garis pantai kita agar tetap berada di pangkuan ibu pertiwi dan meningkatkan kesejahteraan anak bangsa.
Mari bergabung dalam gerakan besar ini dengan langkah-langkah kecil yang kita mulai dari sekarang.